Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Orangtua Sebagai Agen Perubahan

Orangtua Sebagai Agen Perubahan
Foto Pribadi Riko Raden

Kita sedang hidup dalam era globalisasi. Di era globalisasi ini, proses perubahan terjadi begitu cepat dan hampir menyentu seluruh dimensi kehidupan manusia. Perubahan itu dialami oleh siapa saja tanpa mengenal batas umur dan status. Singkatnya, siapa pun yang hidup di era globalisasi ini pasti mengalami akibat perkembangan dunia yang semakin pesat itu.
Baca Juga Cerpen Tentang Hidup Di Tanah Rantau 
 Globalisasi diakui telah membawa ekses ganda dalam kehidupan manusia. Ia telah merombak kehidupan manusia dan membawanya pada kehidupan yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Di satu sisi kita mengalami dampak baik dari globalisasi ini, tetapi di sisi lain kita juga mengalami dampak yang buruk. Pada tataran yang positif, globalisasi telah mengantar kita kepada aneka kemudahan-kemudahan dalam proses komunikasi dan pertukaran informasi berkat terciptanya ragam teknologi canggih. Namun, pada tataran yang negatif, secara kasat mata kita dapat melihat adanya pergeseran dalam dunia kita sekarang, teruatama dalam cara kita bergaul dan berkomunikasi dengan sesama. Hal ini tak terkecuali kita alami juga dalam kehidupan berumah tangga. Orang mulai tidak saling “mengenal” meski hidup dalam satu rumah. Komunikasi lebih sering terjadi di dunia maya daripada komunikasi langsung. Dalam situasi seperti ini, peran orangtua sebagai agen perubahan dalam keluarga harus benar-benar terlaksana agar anak-anak tidak terbelenggu oleh perkembangan globalisasi tersebut. Orangtua memiliki peranan besar dalam membentuk sebuah komunitas yang baik dalam keluarga.
Orangtua sebagai Agen Perubahan
Seseorang dinilai baik kalau dia menjadi pelaku dan pemilih yang baik. Hal ini bukan semata-mata persoalan memilih dan melaksanakan tindakan secara baik, tetapi tentang memilih dan melakukan sebuah tindakan secara benar (Yosef Keladu Koten, 2010: 60). Orang tua adalah agen perubahan. Dia menjadi panutan yang baik untuk anak-anak. Dia menjadi pelaku dan pemilih yang baik dalam keluarga. Pelaku yang baik dapat memilih yang baik. Pemilih yang baik adalah pelaku yang baik. Dan orang tua adalah pelaku dan pemilih yang baik yang menjadi sumber inspirasi bagi anak-anak. Pelaku dan pemilih yang tidak baik bukanlah orang tua sebagai agen perubahan bagi anak-anak. Orangtua harus tahu apa yang seharusnya dilakukan agar anak-anak dapat bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik di era perkembangan ini. Sebab di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat ini telah membawa perubahan cara dan gaya hidup anak-anak berubah secara drastis. Perkembangan teknologi itu membuat orang yang jauh menjadi dekat yang dekat menjadi jauh. Pesan, undangan, dan salam dalam hitungan detik segera sampai kepada orang yang dituju melalui facebook, twiter, whatsaapp, dan situs jejaring sosial lainnya.Hal ini membuat seorang anak semakin sulit untuk menemukan identitas diri mereka sendiri. Kehidupan atau situasi dalam rumah bak perjalanan sebuah mobil di jalan tol tanpa mengenal yang lain. Anak –anak fokus pada diri mereka masing-masing. Anak yang satu lebih senang bermain game dalam handphone ketimbang berkomunikasi secara empat mata dengan temannya.  Situasi seperti ini membuat mereka tidak saling mengenal secara intensif.Apabila sebelumnya keluarga terdiri dari orang tua dan anak-anak, maka sekarang lingkaran itu dalam arti tertentu diperluas hingga menjangkau “tamu” yang kurang lebih permanen, seperti pembawa acara, pembaca berita yang hadir dengan gaya dan dalam kemasan yang sedemikian memukau. Dengan demikian warna dari sebuah keluarga dalam satu rumah tidak tampak sama sekali.  Pesona barang teknologi sungguh memikat dan mampu mengikat anak-anak juga orangtua untuk berlama-lama dengan barang tersebut ketimbang berlama-lama dengan keluarga untuk membagi cerita.
            Jika saja di balik pesona alat-alat teknologi itu anak-anak ditantang dengan sekian banyak dampak, maka terhadap fungsi dan peran alat-alat teknologi yang semakin hari kian berkembang, keluarga  (orang tua) pun dituntut untuk mengambil sikap tertentu terhadap sikap anak-anak yang asik dengan barang tersebut. Orangtua harus memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak seperti memberikan motivasi, teladan hidup yang baik dan mengajak anak-anak untuk tidak terlarut dengan alat teknologi apabila mereka salah menggunakannya, maka hidup mereka tidak akan terarah. Salah satu pakar pendidikan Alfred Whitehed pernah menulis demikian: bahwa subjek didik adalah pribadi yang hidup, dan maksud pendidikan adalah untuk merangsang serta membimbing perkembangan dirinya (Sudarminta, 2015: 15). Di sini peran dan kehadiran orangtua menjadi keniscayaan. Orang tua harus bisa merangsang dan menciptakan suasana pembelajaran yang mendukung proses kodrati itu agar anak-anak boleh menimba secara baik apa yang dipelajari dari orangtua. Hal ini penting selain membudayakan terbentuknya etos keteladanan sikap orangtua dalam keluarga, juga menjaminterbentuknya anak-anak yang berkarakter baik. Tentang hal ini, amanat apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II tentang peran keluarga Kristen dalam dunia modern penting untuk dihayati, “Orang tua sebagai penerima (pembaca, pendengar, pemirsa) hendaklah secara aktif menjaga, supaya media digunakan secara terkendali, kritis, waspada dan bijaksana, dengan menyelidiki akibat-akibatnya pada anak-anak mereka, dan dengan mengawasi penggunaan media sedemikian rupa.”Jika orangtua menghayati amanat apostolik bapak suci ini maka niscaya peran orangtua sebagai agen perubahan pada titik tertentu akan menjelma candu yang positif dalam diri anak-anak. Perkembangan yang semakin pesat juga menuntut ketegasan sikap dari setiap orangtua sehingga realitas semu yang ditampilkan tidak sampai menggoncangkan tatanan dan keutuhan keluarga.

           

Post a Comment

0 Comments