Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

TENANGLAH! AKU INI JANGAN TAKUT ( Matius 14:22-23)


Renungan Hari Minggu Biasa Ke- 19

Tenanglah! Aku Ini Jangan Takut
Ilustrasi dari Facebook

          
     Pater Anthony Kolencherry, penulis buku  Living the Word, pernah bercerita bahwa pada suatu hari seorang bapa datang kepadanya dan menceritakan pengalaman iman anaknya. Bapa itu menceritakan bahwa pada suatu hari anaknya dibawa ke rumah sakit untuk menjalani sebuah operasi yang agak besar. Pikiran tentang operasi itu membuatnya agak cemas.

Tetapi ayahnya menghibur anak itu dengan mengatakan: “Engkau percaya saja kepada dokter, karena dia adalah seorang ahli bedah yang andal.” Tetapi di luar dugaannya, anak itu menoleh kepada ayahnya dan berkata: “ Aku tidak menaruh kepercayaanku kepada dokter. Saya hanya percaya kepada satu orang yaitu Yesus. Saya yakin Yesus tidak akan meninggalkan saya.” Jawaban anak itu membuat ayahnya bisau. Kemudian ayah itu mensheringkan: “ Pada hari itu anak saya mengajarkan saya tentang artinya beriman.

    Berbeda dengan anak dalam cerita tersebut, Petrus yang diceritakan dalam Injil hari ini bukanlah tipe orang yang beriman. Dia adalah seorang penakut. Setelah Yesus mengabulkan permintaannya untuk berjalan di atas air guna menjumpai Yesus, pada mulanya dia bisa berjalan di atas air. Tetapi kemudian karena melihat ombak yang tinggi dia akhirnya takut tenggelam. Dia akhirnya benar-benar tenggelam karena dia tidak percaya pada kuasa Yesus. Setelah meminta tolong pada Yesus, dia diselamatkan dan pada waktu itu juga laut menjadi tenang.

    Apabila kita melihat secara lebih dekat watak Petrus, maka kita akan mendapat gambaran yang berbeda-beda. Petrus menunjukkan antuiasme, kemauan baik, dan cinta yang ikhlas kepada gurunya. Salah satu adegan yang sangat penting yang terjadi di Galilea adalah ketika Yesus bertanya; “Kata Orang siapakah Aku ini?” (Mark. 8:28). Peristiwa ini merupakan saat yang paling penting dalam kehidupan para rasul. Yesus menguji mereka untuk mengetahui sejauh mana mereka memahami dan mengerti Dia dan Misi-Nya, setelah mereka hidup bersama selama kruang lebih tiga tahun. Pada waktu itu, jsutru Petrus yang tampil sebagai juru bicara, dan secara mengejutkan menunjukkan siapa Yesus itu dengan menjawab: “ Engkaulah Mesias, Putra Allah yang hidup” (Mat. 16:17).

    Tetapi sesudah itu ketika Yesus mau maju selangkah lagi kepada pengertian yang lebih menda;lam tentang misi-Nya, yakni bahwa penderitaan dan penganiayaan merupakan bagian dari misi-Nya dan memikul salib adalah syarat untuk menjadi murid-Nya, di situ para murid gagal paham. Hal ini nampak dalam pernyataan Petrus: “ Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu. Hal itu sekali-kali tidak akan menimpa Engkau” ( Mat. 16:2). Jawaban Yesus terhadap Petrus sangat keras, “ Enyahlah engkau iblis, Engkau batu sandungan bagi-Ku, sebab Engkau memikirkan bukan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.

Pucak dari kelemahan Petrus adalah menyangkal Yesus sampai tiga kali. Tetapi Petrus membayar kelemahannya itu dengan nyawanya sendiri ketika dia gantung di salib dengan kepala ke bawah sebagai bagian dai komitmennya mengikuti Yesus.

    Injil hari ini mengajarkan kita bahwa sekalipun hidup kita diterpa oleh berbagai gelombang kehidupan, kita harus tetap menaruh harapan kita pada Yesus. Kesadaran akan kehadiran-nya akan memberikan kita sukacita dan damai sekalipun kita mengalami kesulitan-kesulitan di dalam hidup. Tuhan lebih besar dari apa pun di bumi ini dan dan apabila kita percaya pada kehadiran-Nya kita akan mendengar Dia berbisik: Jangan takut! Aku menyertai kamu pada saat ini dan di sini dan akan tetap menyertai kamu sampai akhir zaman.”

*Pater Bernard Raho, SVD

Post a Comment

0 Comments