Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Kalaulah Memang Sudah Tak Cinta




     Setelah engkau pergi dengan membawa semua janji, hidup ini terasa hampa. Coba engkau pergi dengan alasan yang jelas, hati ini mungkin akan menerima walau rasa sakit yang tertinggal. Saban hari selalu sama, menunggu kabar darimu. Kabar tentang kepergianmu. Walau lewat angin sepoi saja, sudah mengobati rasa sakit ini. Aku tahu bahwa relasi kita selama ini tak seperti mentari yang selalu setia datang setiap pagi dan senja di sore hari.

    Raga kita memang dekat tapi hati selalu jauh. Bagaimana mungkin kita terus bersatu kalau masih ada bukit yang membatasi hatimu. Dengan orang lain, engkau tidak pernah bosan memberi senyum, tapi dengan diriku, engkau selalu memberi rasa tawar dan selalu saja ada alasan untuk tak berlama-lama apabila aku mendekatimu.

    Barangkali aku seperti angin malam yang terus menghantui dan membawa rasa dingin dalam hatimu. Teganya dirimu. Engkau tidak menganggap aku seperti kekasihmu. Sudahlah, mungkin cinta tak selamanya harus memiliki.
Baca Juga:Hasil Pertandingan Futsal Wisma Rafael

    Pagi ini sengaja aku berlama-lama di dalam kamar sembari menunggu kabarmu, tapi sama saja tak satu pun pesan masuk dalam handphone ini. Ditemani kopi pagi sembari mendengung lirik lagu yang berjudul  “Katakan Sejujurnya” dari Loela Drakel. Ada sepenggal larik yang sangat menyentuh dengan suasan hati ini tentang dirimu. “Kalaulah Memang Sudah Tak Cinta.” Aku tahu bahwa engkau sudah bosan dengan diriku. Aku menerima dengan sepenuh hati apabila engkau berkata jujur tentang relasi kita. Kalalulah memang sudah tak cinta, mengapa hati ini terus merindukanmu. Aku terus berharap akan kabar dan senyummu itu. Hati ini rasa rindu karena engkau pergi dengan alasan yang tak jelas. Setiap orang kapan dan di mana pun, tentu masih berharap dan menunggu apabila seseorang yang mereka cintai pergi tanpa ada alasan yang jelas. Seandainya engkau pergi dengan alasan yang jelas, pasti hati ini juga ikut berhenti merindukanmu. Teganya dirimu! Hati ini terus merana dalam kesendirian, berdua dengan kesepian dan bergita dengan rindu tak pasti.

    Apabila kita terus bersama, mungkin aku bahagia karena hidup bersama dengan orang yang kucintai. Aku rela dan menjagamu asalkan kita hidup bersama. Aku rela hidup di bawah teriknya matahari, asalkan di samping tulang rusukku ada dirimu. Tapi aku sadar bahwa masih ada orang lain yang ingin membahagiakanmu. Masih ada orang lain yang bisa menerangi hatimu. Aku juga bahagia karena pernah memilikimu. Aku bangga dengan keputusanmu untuk pergi dari hidup ini. Aku memang tak pantas mencintaimu dengan hati yang penuh kelemahan.

     Di sini aku berdoa agar agar engkau tetap bahagia. Jangan lupa tersenyum apabila kelak kita tak sengaja bertemu. Aku tidak mungkin jatuh hati dengan senyummu itu. Aku tahu engkau dan senyummu seperti angin, kadang membawa kenangan masa lalu dan juga pergi tak meninggalkan jejak.


*Unit Rafael, 07/08/2020.

Post a Comment

0 Comments