Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

AKU AKAN MENGINGATMU

 
Aku Akan Mengingatmu
Ilustrasi dari Facebook



Aku akan Mengingatmu

Aku akan mengingatmu

Seperti kedua tanganmu

Mengangkatku lebih tinggi

Saat aku masih belia tentang hidup.

Aku akan mengingatmu

Seperti bau rempah-rempah yang

Menempel pada jari-jari tanganmu

Seusai kau kembali dari dapur idamanmu

Tuk menyiapkan santapan bagiku.

Aku akan mengingatmu

Seperti keringat darah yang

Menetes dari pori-pori tubuhmu,

Kau mengajarkanku bahwa hidup tak semudah burung pipit

Yang menuai dari apa yang tidak mereka tabur.

Aku akan mengingatmu

Dengan mimpi-mimpi yang telah kau tanam di kepalaku,

Dan bila tiba waktunya, akau akan

Menjamu dan memujamu di setiap detik yang

Bergulir menjadi kepingan-kepingan kisah tentangmu,

Ibu.

Maumere, 07/03/2019.



Yang Tersisa dari Kenangan

Yang tersisa dari kenangan:

bulir-bulir rindu yang telah menumpuk berbukit-bukit

dan berakhir di pelabuhan matamu

yang berkaca-kaca.

Yang tersisa dari kenangan:

keping-keping kisah yang

telah kau rajut dalam kasih

dan kini hanya ada dalam ingat dan lupa.

Yang tersisa dari kenangan:

perihal lupa yang selalu kau benci

dan tentang ingat yang selalu kau tangisi.

Kenangan,

seperti butir-butir hujan yang jatuh ke tangan,

sulit tuk ditangkap,

menetes, mengalir, lalu pergi bersama kisah yang kau sesali.

Wisma Rafael, Januari 2019.



Menunggumu dalam Sunyi


Masih di sini, di musim yang belum berganti

Aku menunggumu dalam sepi tak berujung

Hingga tak aku sadari

Kau sesungguhnya telah pergi

Bersama mimpi yang tak kau tepati.

Masih di sini, di waktu yang tak terulang lagi

Aku menunggumu bersama derai hari yang diterpa angin

Mengenang kenangan tertulis di tangan

Merapal setiap janji yang kau ingkari.

Masih di sini, aku berharap

Pada setiap jejak yang pelan-pelan menghilang

Dihapus badai dan derai hari

Hingga lupa aku tentang sepi yang menghantui.

Masih di sini

Aku menunggumu

Dalam sunyi

Yang tak kunjung usai.

Kamar 04, 2018.

Baca Juga: Pandangan Orang Manggarai Tentang Wujud Tertinggi dan Pengaruhnya Terhadap Cara Hidup


Sebelum Aku Mati


Sebelum mati

Aku ingin menyeruput secangkir kopi

Yang kau seduh dengan kasih

Bercampur kenangan.

Sebelum mati

aku ingin lelap di pangkuanmu

menikmati lelahnya hari

yang dihiasi aneka histori.

Sebelum mati

Kusematkan sepucuk surat terakhir

Di bawah bantal yang penuh

Ragam kisah tentang kita.

Saat aku telah mati

Aku ingin kau membaca semua kenangan kita

Yang sempat kutulis pada secarik kertas

Sewaktu sebelum aku mati.

Kamar 04, Februari 2019.



Ibadah Kopi


Pagi ialah secangkir kopi

Yang kau seduh dengan bibirmu

Penuh kenangan manis

Yang tak lekas habis.

Segera kulumat bibir cangkir

Yang tak kalah kenyal dengan bibirmu

Agar kenangan meresap dalam bibirku

Yang telah menjalar dari bibirmu,

Dalam secangkir kopi.

Wisma Rafael, Februari 2019.



Kolekte Perjamuan


Maaf Tuhan,

Saya tak punya apa-apa selain

Sesal dan tobat untuk kolekte

Di perjamuan esok.

Di musim yang tak menentu ini,

Tak ada yang dihasilkan

selain dosa yang kian menumpuk

dan doa yang tak pernah lagi terucap dari bibirku.

Wisma Rafael, Februari 2019.




Data Diri Penulis:
Fian Jampong; kelahiran Manggarai Barat, 24 Februari 1993. Suka menulis puisi, sajak, cerita mini, cerpen dan lain sebagainya. Beberapa karyanya pernah dimuat di media koran lokal dan juga media online. Buku antologi puisi bersama; Berdialog Dengan Angin (Sastrawiji Publisher, 2018), Selimut Sepi (Mandala Penerbit, 2018), Love Your Self (Jejak Publisher, 2018), Gloomy Cloud (Rosiebook Publisher, 2018), Jejak Leo (Penerbit Intishar, 2018), dan Sajak Cinta Buat Mama (Penerbit Graha Litera, 2018). Sekarang sedang menekuni studi filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero-Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur. FB: Alfiano Fj. Puisi-puisinya ini pernah muat di media difanews.com

Post a Comment

0 Comments