![]() |
| Keterangan Gambar: Tias Banusu |
Fenomena pandemi Covid-19 merupakan persoalan global yang sedang menguncang dan memporak-porandakan pelbagai aktivitas manusia dalam bidang kehidupan sosial, ekonomi, politik, ritual keagamaan serta kebudayaan. Serangan virus yang mematikan ini menyerang manusia secara komprehensif tanpa membeda-bedakan latar belakang suku, agama, ras maupun golongan.
Ancaman dan serangan dari virus ini memiliki potensi dan implikasi destruktif terhadap pelbagai sektor kehidupan manusia. Pandemi ini menggambarkan secara gamblang ketakberdayaan dan ketersiksaan manusia. Berita terupdate, 21 Juni 2020 terkait dengan data Covid-19 di Indonesia terkonfirmasi 45.891 kasus dengan klarifikasi: 25.022 orang sedang dirawat, 2.465 orang meninggal dan 18.404 orang sembuh (new.kompas.com, diakses pada 22 Juni 2020). Data ini menunjukkan bahwa kasus dan penyebaran virus corona masih menjadi persoalan utama yang menyebabkan kemerosotan dan resesi dalam pelbagai bidang kehidupan manusia.
Baca Juga : Emmanuel Levinas Yang Lain Dan Jalan
Berhadapan dengan situasi ini, bangsa Indonesia pun tengah memasuki bulan Bung Karno. Peringatan ini dirayakan sebagai bentuk apresiasi terhadap beliau sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia. Dia pulalah tokoh yang berhasil membawa Indonesia untuk terus memaknai Kebhinekaan sebagai ciri khas bangsa Indonesia ini. Konsep gotong royong ditegaskannya untuk dapat menyatukan berbagai keberagaman yang dimiliki Indonesia. Gotong royong mereduksi sebuah tindakan kerja sama yang saling menyokong dan membantu dalam berbagai kesulitan. Lantas, relevankah konsep ini ditengah pandemi ini? Masih bisakah gotong royong ini dienduskan dalam citra kemanusiaan saat ini?
Oleh karena itu, penulis ingin melemparkan beberapa pertanyaan mendasar yang menjadi rujukan dan fondasi karya ini. Apa yang dimaksud dengan konsep gotong royong ala Bung Karno? Sejauh mana spirit gotong royong ala Bung Karno dan semangat kebhinekaan direalisasikan dalam situasi penanganan pandemi Covid-19? Bagaimana caranya untuk tetap merawat, menjaga dan meneruskan semangat gotong royong dari generasi ke generasi dalam situasi kehidupan bangsa Indonesia ke depannya? Penulis pun memilih judul: “Konsep Gotong Royong ala Bung Karno: Upaya Penginternalisasi Nilai Semangat Kerja Sama dalam Kebhinekaan di Tengah Pandemi Covid-19” sebagai rujukan dasar dalam mengkonstruksi karya ilmiah ini.
Konsep Gotong Royong Ala Bung Karno
Soekarno merupakan putra sang Fajar menjadi sosok yang sangat berpengaruh dalam sejarah berdirinya bangsa Republik Indonesia. Sepak terjang dan buah pemikirannya menyadarkan bangsa ini pada semangat untuk berdaulat (Peter Kasenda, 2014: vii). Semangat kedaulatan ini mengandung urgensitas dalam keberagaman peradaban kehidupan manusia yang justru semakin kompleks. Perjuangannya ini, patut diberi apresiasi setinggi-tingginya.
Pasalnya, beliau adalah seorang pejuang yang gagah berani dalam menentang dan melancarkan perlawanannya terhadap kolonialisme bangsa asing yang cukup lama menjajah bangsa Indonesia tercinta. Spirit dan semangat perjuangannya merupakan suatu perwujudan rasa nasionalisme dan cintanya akan tanah air. Hal ini menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia memiliki potensi untuk hidup sebagai suatu bangsa yang merdeka, merasakan keadilan yang otentik, bangsa yang berdaulat dan sejahtera serta mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Perjuangan yang gigih dengan mempertaruhkan nyawanya adalah ekspresi jiwa seorang pejuang bangsa yang ingin hidup bebas dan merdeka tanpa adanya intervensi, tindakan represif dan imperialisme dari bangsa-bangsa penjajah. Kemerdekaan sejati merujuk pada pendirian suatu bangsa yang memiliki integritas dan menjunjung tinggi nilai humanitas. Semuanya ini menguak pada nilai semangat gotong royong yang telah ditanamkan oleh Bung Karno.
Dalam sidang BPUPKI tepatnya pada tanggal 1 Juni 1945, di hadapan seluruh peserta persidangan Soekarno, sebagai presiden pertama Republik Indonesia menyampaikan pidatonya terkait dengan substansi gotong royong. Menurut Soekarno, “gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua.” Spiritualitas gotong royong merupakan sutuan nilai penuh bermakna, yang dijadikan sebagai fondasi dasar dalam mengkonstruksi bangsa Indonesia.
Di dalamnya ada semangat solidaritas, toleransi antar sama saudara sebangsa dan setanah air yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Konsep gotong royong yang dicetuskan oleh Soekarno merupakan suatu wadah yang berkualitas dalam menampung serentak memandu jalannya roda kehidupan masyarakat Indonesia. Konsep gotong royong ini lahir sebagai bentuk perhatian Soekarno terkait kondisi plural masyarakat Indonesia yang beraneka ragam suku, agama, ras dan golongan yang hidup saling berdampingan satu sama lain.
Kekuatan yang terkandung dalam substansi gotong royong bukanlah suatu konsep belaka yang berkecimpung dalam ranah idealisme masyarakat Indonesia, melainkan sudah dan sedang direalisasikan dalam ranah kehidupan praksis. Gotong royong bukan hanya sebatas pada praktek hegemoni yang mementingkan kepentingan diri atau kelompok tertentu tetapi lebih pada tindakan yang menyatukan pelbagai paradoksal pluralitas manusia Indonesia. Spirit perjuangan Bung Karno telah meretas nilai kebenaran yang mencanangkan sebuah kebijaksaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Fakta pluralisme yang menyata di bumi Nusantara perlu dilihat sebagai suatu khazanah bangsa yang patut dirawat, dilestarikan dan diinternalisasi oleh setiap generasi penerus bangsa. Eksistensi dan substansi dari spirit gotong royong dan semangat kebhinekaan (persatuan) dapat memberikan implikasi konstruktif dalam merawat kondisi plural yang ada di Indonesia.
Namun, fakta pluralisme ini pun terkadang menyimpan benih perbenturan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya. Alhasil, pelbagai perjuangan bersama direduksi menjadi perjuangan individu demi terciptanya kesejahteraan segelintir orang. Dengan demikian, gema dan spirit gotong royong menjadi semakin tidak relevan dalam menjawabi situasi dan kehidupan masyarakat Indonesia yang tengah dilanda oleh pandemi Covid-19. Sebab persoalan ini merupakan persoalan bersama yang membutuhkan pula sebuah realisasi tanggungjawab kolektif.
Menurut hemat penulis, permenungan yang matang dan mendalam dari Soekarno telah melahirkan buah-buah pikiran yang cemerlang sebagaimana dijabarkan dalam Pancasila. Pancasila merupakan Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia mampu mempersatukan diferensiasi dan pluralisme yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Dalam batang tubuh Pancasila, ada lima rumusan yang menjadi hakikat dan identitas bangsa Indonesia yaitu; nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kesejahteraan dan Keadilan Sosial sejauh ini telah dijalankan dalam semangat gotong royong dan persatuan sebagai suatu bangsa yang merdeka. Kelima nilai ini kian menjadi motor penggerak sekaligus pendorong lajunya roda kehidupan bangsa Indonesia.
Menginternalisasikan Nilai Gotong Royong dalam Kebhinekaan Di Tengah Pandemi Covid-19
Adalah suatu tantangan tersendiri saat memasuki dunia yang kini diliputi oleh ketakutan dan kecemasan karena adanya pandemi Covid-19. Kehadiran virus SARS-COV-02 ini telah memberikan suatu implikasi buruk bagi keberadaan manusia di seluruh dunia tak terkecuali Indonesia. Realitas keburukan ini bukan hanya untuk disesali melainkan membangkitkan semangat juang kita untuk berani mencetuskan nilai kemerdekaan setelah tragedi pandemi ini.
Kemerdekaan masih terus dan akan terus diperjuangkan. Kemerdekaan bukan pula sebatas teriakan proklamasi tetapi sebuah perwujudan cinta kemanusiaan yang berkeadilan dan menyejahterakan. Menghadapi tragedi krusial tahun ini, teriakan kemerdekaan masih terus dilayangkan. Kita semua adalah pahlawan dan pejuang kemerdekaan itu. Lantas apa yang dapat dilakukan sebagai tindakan solutif dalam menghadapi persoalan pandemi Covid-19 ini?
Pertama, kita perlu menyadari bahwa spirit gotong royong senantiasa relevan dalam pelbagai situasi kehidupan masyarakat Indonesia teristimewa saat ini. Sebagai putra-putri Soekarno zaman sekarang, kita perlu mengambil sikap dan tindakan yang bijak dalam menghadapi pandemi Covid-19. Semangat gotong royong ini tidak serta merta dapat direalisasikan secara berhadapan. Namun, melalui dialog dan semangat solider untuk berbagi dengan sesama yang berkekurangan merupakan bentuk aplikasi praksis dari semangat ini.
Baca Juga Cerpen Kisah Kematian Ayah
Solidaritas bukan sekedar ucapan bibir semata melainkan juga pada tindakan partisipatif kita dalam mematuhi seluruh aturan protocoler kesehatan yang dianjurkan. Semangat gotong royong ini terlampau sederhana tetapi kerap tak mudah pula untuk dilakukan. Ini hanya dapat terealisasi dari pikiran bijaksana yang melahirkan pula tindakan kebajikan untuk senantiasa bersolider dengan semua orang di tengah pandemi. Diri yang bijak merangkum nilai kebajikan yang mereduksi pula sebuah kebenaran dan keadilan.
Kedua, kita berjuang untuk mewujudkan semangat kebhinekaan sebagai jiwa dari setiap pikiran dan tindakan kita. Hemat penulis, moment saat ini menjadi suatu ujian bagi generasi muda yang adalah putra-putri Soekarno dalam menyatukan kata dan perbuatan, konsep dan aksi, idealisme dan realisme. Kata, konsep dan idealisme perlu dikontekstualisasikan menjadi suatu perbuatan yang memberikan keselamatan bagi sesama yang menderita akibat virus corona. Semangat kebhinekaan mesti terus menjadi bagian dari diri kita hingga ia menjelma dalam setiap tingkah laku kita dalam menyokong nilai kemanusiaan dalam pandemi ini.
Semangat ini pun akan menghantar kita pada perwujudan nilai yang merangkul dan menyatukan setiap perbedaan. Implikasinya jelas bahwa serangan pandemi ini tidak merongrong suku, ras atau agama tertentu melainkan bersifat universal. Untuk itu, semangat kebhinekaan ini pula yang mesti menjadi garda pertahanan kita yang ampuh untuk melawan berbagai perbedaan yang kerap menjadi konflik yang nyaris mematikan pribadi atau kelompok atau golongan tertentu. Semangat ini senantiasa pula menjadi roh atau kekuatan yang memimpin manusia Indonesia untuk turut berbagi kepada yang berkekurangan dan tetap menjaga diri untuk tidak menambah perluasan penyebaran virus ini.
Ketiga, kita berjuang merealisasikan nilai-nilai Pancasila yang menyokong keberadaan gotong royong sebagai spirit yang tak dapat dipisahkan. Eksistensi dan substansi Pancasila dan spirit gotong royong layaknya sebuah uang logam yang memiliki dua bagian berbeda tetapi saling mengandaikan. Proses realisasi intisari dari kelima sila Pancasila memberikan suatu afirmasi terhadap spirit rotong royong. Semangat gotong royong dalam nilai Ketuhanan, perlu dilihat sebagai peluang untuk bersolider dengan sesama yang beragama lain.
Sekat-sekat budaya dan keagamaan perlu disingkirkan dari alam pikiran setiap individu demi terciptanya tujuan hidup yang lebih mulia. Semangat gotong royong dalam sila kedua Pancasila yakni nilaikemanusiaan, yang memungkinkan setiap kita untuk bekerja secara bersama-sama dalam menghadapi pandemi ini. Nilai kemanusiaan mesti menggerakkan kita untuk tetap bersikap was-was terhadap orang-orang yang terkonfirmasi virus corona tetapi bukan berarti kita pun ikut mengejek atau memandang negatif setiap korban maupun keluarganya. Kemanusiaan lahir dari sikap penghargaan dan penghormatan kita terhadap setiap orang.
Orang yang terkonfirmasi virus ini bukanlah objek yang mesti dihindari tetapi mesti menjadi bagian dari diri kita yang sedang menderita. Untuk itu, mereka mesti dicintai, dikasihi dan didoakan sebagaimana mestinya manusia yang membutuhkan cinta dan penghargaan. Nilai Persatuan menjadi bukti pula bahwa negara Indonesia merupakan suatu bangsa yang menjunjung tinggi semangat persaudaraan dan persatuan tanpa membedakan satu sama lain. Moment pandemi ini merupakan moment untuk membaharui diri secara baru serta meningkatkan persaudaraan dan persatuan secara nasional maupun internasional.
Nilai Kerakyatan mereduksi pula semangat demokrasi yang tetap mengutamakan otonomi rakyat sebagai nilai yang dijunjung tinggi. Rakyat tetap menjadi sumber inspirasi pertama dan utama dalam sebuah tindakan kemanusiaan. Pandemi ini menuntut sebuah corak kemanusiaan yang dapat melihat diri sebagai kesatuan di antara seluruh rakyat Indonesia. Rakyat yang telah menjadi korban
Covid-19 merupakan kesatuan pribadi manusia yang utuh dalam tatanan masyarakat Indonesia. Tidak ada yang dibedakan dan dapat membedakannya.
Akhirnya, Nilai Keadilan dalam semangat gotong royong pun mesti melandasi dan menginspirasi para pemimpin bangsa Indonesia untuk mewujudkan dan memperhatikan kebutuhan dan jerit tangis rakyat di tengah pandemi Covid-19. Keadilan yang sesungguhnya mencakup seluruh lapisan masyarakat, bersifat universal serta memanusiakan manusia secara holistik.
Penutup
Bulan Bung Karno merupakan suatu kesempatan untuk berbenah diri sambil melihat kembali sejauh mana keselarasan antara perkataan dan tindakan kita dalam merawat dan mempertahankan serta berusaha untuk merealisasikan semangat gotong royong ala Soekarno dalam pelbagai situasi kehidupan manusia teristimewa dalam situasi pandemi Covid-19. Konsep gotong rotong bukanalah suatu konsep belaka, melainkan suatu konsep yang sungguh hidup dalam sanubari rakyat Indonesia. Konsep ini terealisasi menjadi sesuatu yang menyata dalam ranah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Baca Juga Cerpen Kisah Pilu Seorang Janda
Kita sebagai putra dan putri Soekarno masa kini, dituntut untuk berani mengambil tindakan dalam memperjuangkan semangat gotong royong dan persatuan di tengah pandemi Covid-19. Tindakan dan partisipasi kita secara aktif akan memberikan implikasi progresif merupakan suatu upaya untuk menjaga dan merawat serta mempertahankan daya dan semangat gotong royong bapa Proklamator.
Mari secara bersama kita bergandengan tangan dalam semangat solidaritas dan persatuan membangun bangsa Indonesia yang semakin adil dan beradab, mewujudkan kedamaian dan toleransi antar sesama serta menghidupi nilai-nilai pancasila dalam spirit gotong royong bapa Proklamator kemerdekaan Indonesia. Merdeka…Merdeka…Merdeka.
*Tias Banusu, mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Sekarang tinggal di unit St. Rafael Ledalero. Tulisan ini pernah diikutsertakan dalam perlombaan Bulan Bung Karno 2020, yang diselenggarakan oleh DPC PDI PERJUANGAN KABUPATEN SIKKA, NTT.
Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis sendiri.


0 Comments