![]() |
| Foto dari Google |
Jalanan berlika-liku mengapiti
Kerumunan daun-daun kering menyanyikan lagu
lirih
Nampak tapak-tapak bertepi menepi
Sendiri melangkah tertatih-tatih lelaki tua
bertopi kumal
Wajah kusut,memelas berlinang peluh
Ransel lusuh melekat pada bahunya
Lelah pasti,..namun sabar dan teguh tuk tetap
mengais
Hati tersayat serasa terbentur
Sedih pedih perih menyatu di kalbu
Sepi yang menghujam menikam perasaan
Bagai belatih tajam, sunyinya perantauan
Hidup serasa terbuang
Segenggam caci maki merajam hati penuh perih
Sembari berbunyi perut kecil penuh rongga tak
berisi
Jika itu yang dikeehendaki, kemana lagi harus
dia pergi?
Toh...tak ada sama sekali ruang kasih peduli
Asaku telah hilang lenyap sekejap
Kala bersua ruang jiwa pengap gelap
jeritan
deritanya diusik senyap
2
Sahabatku
yang melarat
Mereka tampak
usang, bak kertas tua....
Tubuh mereka
lusuh, tersumbar debu
Mata pun tampak
merana ditengah jelaga
Mereka menyita
iba dari setiap insan
Tengah hari
mereka mengais mencari sesuap nasi
Memuas dahaga
dengan apa yang ada
Diatas sampah
tersandar badan, Kala malam datang
Adakah insan
yang memberi mereka cinta?
Hati terpanggil
tuk membagi kasih
Bersama sahabat
yang melarat
Kendati ayahku
membantah
Aku berpegang
pada sabda
Aku terlahir
untuk kasih


0 Comments